SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI KOREA UTARA DAN BRAZIL

Home » SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI KOREA UTARA DAN BRAZIL

KELOMPOK 2 :

Safira Ayu Ramadhan (200432619253)

Salsabila Sherina Agata (200432619307)

Shevyla Amelia Berliana (200432619256)

Syahrul Naufal Firmansyah (200432619335)

Tri Wulan Agustina (200432619287)

Zhafirah Afkarina Salsabila (200432619231)

Korea Utara

Sistem Ekonomi Sosialis yang Dijalankan Korea Utara

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI KOREA UTARA
Bendera Korea Utara

Sistem ekonomi sosialis merupakan sistem ekonomi yang menempatkan pemerintah sebagai pusat dalam mengendalikan dan mengatur semua kegiatan ekonomi. Pemerintah memiliki kekuasaan penuh dalam merencanakan, mengambil keputusan, dan menentukan semua kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk pemerataan kesejahteraan sosial dan memberikan kesamaan dalam memperlakukan semua individu baik kaya maupun yang miskin.

Upaya pembentukan sistem ekonomi sosialis di Korea Utara cepat berkembang karena proses nasionalisasi seluruh industri sudah dimulai sebelum pemerintahan dibangun, tidak lama setelah mendapat kemerdekaan dari penjajahan Jepang Sesuai dengan UU Reformasi Tanah yang diumumkan pada Maret 1946, pengembalian tanah dan pembagian kembali tanah itu kepada rakyat umum dengan gratis dilaksanakan, hingga membentuk landasan sistem perkebunan secara kolektif.

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI KOREA UTARA
Perkebunan di Korea Utara

Sistem ekonomi sosialis di Korea Utara terlihat dengan adanya penguasaan dan kendali penuh oleh pemerintah terhadap seluruh kegiatan ekonomi. Penerapan sistem ekonominya hampir mirip dengan China namun ada sedikit perbedaan yang tidak akan pernah ditemukan, yaitu tidak adanya Bursa Efek di Korea Utara. Indikasi ini menunjukkan bahwa negara Korea Utara sangat tertutup dan tidak mudah untuk membuka penanaman investasi asing di negaranya, dan bisa dibilang sistem ekonomi Korea Utara lebih sosialis dibanding dengan China.

Sekitar pertengahan tahun 1975, Korea Utara mencatat memiliki beberapa kemajuan dibanding China pada saat itu, yaitu secara pendidikan dan produktivitas Korea Utara jauh meninggalkan China. Namun kenyataannya dalam menjalankan pemerintahannya, negara ini pernah mengalami beberapa hal yang terburuk dalam sejarahnya, terutama adanya bencana kelaparan yang melanda rakyatnya. Penerapan sistem ekonomi sosialis di negara Korea Utara bisa dibilang tidak cukup sukses, mengingat jika dilihat sampai sekarang pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami kemunduran dan juga tidak lebih baik dari negara saudaranya yaitu Korea Selatan.

Hal-hal yang menarik terkait dengan sistem ekonomi sosialis Korea Utara :

  • Korea Utara menerapkan sistem ekonomi sosialis yang terpusat di bawah pemerintahan rezim Kim. Sistem ekonomi yang mengatur setiap kegiatan ekonomi seperti sistem produksi dan distribusi berada dibawah pengawasan pemerintah pusat di Pyongyang.
  • Upaya pembentukan sistem ekonomi sosialis cepat berkembang karena proses nasionalisasi seluruh industri sudah dimulai sebelum pemerintahan dibangun, tidak lama setelah mendapat kemerdekaan dari penjajahan Jepang.
  • Walaupun kegiatan ekonomi tingkat individu yang berskala kecil diizinkan selama perang Korea untuk melengkapi kekurangan tingkat produksi, sebagian besar ekonomi Korea Utara dinasionalisasikan dan digunakan secara kolektif.
  • Gerakan Chollima diluncurkan dalam pertemuan sidang paripurna Komisi Sentral Partai yang diadakan pada Desember 1956. Hingga gerakan ini menjadi gerakan sistematis pertama untuk memacu sistem persaingan di masyarakat Korea Utara untuk mencapai target produksi dan pembangunan ekonomi sosialis lebih cepat.
  • Pada tahun 1961, Korea Utara melaksanakan proyek pembangunan ekonomi berdasarkan sistem ekonomi sosialis. Pada waktu itu, ekonomi Korea Utara mencapai industrialisasi yang menitik beratkan pada industri berat, seperti manufaktur alat-alat mesin.

Krisis yang Pernah Dialami Korea Utara

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI KOREA UTARA
Sistem Ekonomi Korea Utara
1. Kontraksi ekonomi terparah dalam dua dekade

Bank of Korea (BOK) atau Bank Sentral Korea Selatan baru saja merilis data mengenai perkembangan ekonomi negara tetangga mereka. BOK menyebutkan bahwa ekonomi Korea Utara mengalami kontraksi terdalam sejak 23 tahun, pada 2020 lalu. 

Baca Juga :   Viral! Pengamen Cilik Bersuara Merdu Menyanyikan Lagu Timur

Terpuruknya kondisi ekonomi Korea Utara sebenarnya adalah akumulasi dari berbagai hal, termasuk sanksi PBB yang masih berlanjut, kebijakan lockdown menyikapi pandemi Covid-19, hingga cuaca buruk yang menerpa wilayah tersebut. 

Kantor berita Reuters bahkan menuliskan bahwa krisis ekonomi yang dialami Korea Utara saat ini menjadi yang terburuk sejak fenomena kelaparan pada 1990-an lalu yang menewaskan hingga 3 juta penduduk. 

Bank of Korea menyebutkan, produk domestik bruto (PDB) Korea Utara terkontraksi sampai 4,5 persen sepanjang 2020 lalu. Padahal pada 2019, ekonomi Korea Utara masih tumbuh positif sebesar 0,4 persen. 

Tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Utara sempat terkontraksi 0,5 persen pada 2010, kemudian dilanjutkan tumbuh 1 persen pada 2011 sampai 2014. Pada 2015, ekonomi Korea Utara sempat kembali terkontraksi 1,1 persen. 

Pada 2016, kondisi ekonomi Korea Utara berbalik membaik dengan pertumbuhan 3,9 persen. Namun hingga 2019, angka pertumbuhan Korut hanya berkisar di angka nol-koma-sekian persen. 

Data-data yang dirilis BOK ini dihimpun dari intelijen Korea Selatan, sumber pemerintah, dan agensi perdagangan asing. BOK juga sudah rutin menerbitkan proyeksi ekonomi Korea Utara secara tahunan sejak 1991. 

2. Hadapi ancaman kelaparan

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) sudah memperingatkan Korea Utara terkait ancaman krisis pangan. Dilansir dari AFP, Korea Utara berpotensi menghadapi kekurangan pangan sampai 860.000 ton pada tahun 2021 ini. 

Di tengah sanksi internasional terkait senjata nuklir, Korea Utara memang sedang berjuang mencukupi kebutuhan pangan bagi warganya. Bahkan pemimpin Korut, Kim Jong-Un juga sudah menyampaikan pernyataan bahwa masyarakatnya perlu bersiap menghadapi situasi terburuk. 

3. Kesejahteraan yang rendah

Masalah di Korea Utara memang kompleks. Tingkat kesejahteraannya pun rendah. Dikutip dari CNBC, 40 persen penduduk Korea Utara kekurangan gizi. Tak hanya itu, Internet juga menjadi hal yang langka di Korea Utara. Pemerintah memang sengaja membatasi akses Internet bagi warganya. Warga yang ingin mengakses jaringan internet harus menggunakan jaringan intranet yang dikendalikan negara, yang dijuluki Kwangmyong. 

4. Dualisme aktivitas ekonomi

Di Korea Utara, kegiatan ekonomi secara resmi memang dikendalikan oleh negara. Tapi ada aktivitas ekonomi bawah tanah yang membuat dualisme di lapangan. Bill Brown, seorang profesor di Universitas Georgetown, menyampaikan bahwa seorang pekerja di Korea Utara bisa saja dibayar dengan upah kecil, tapi pekerja lainnya dibayar dengan upah 100 kali lebih besar oleh pabrik yang berafiliasi dengan China

Cara mengatasi krisis ekonomi 

Korea Utara berupaya menangani krisis ekonomi dan pangan dengan melakukan berbagai inovasi. cara yang dilakukan di antaranya adalah mencetak kupom pengganti uang dan mengembangbiakkan angsa hitam untuk dimakan. Adapun krisis yang terjadi di negara ini akibat penutupan perbatasan yang berkepanjangan. dan selebihnya memang pemerintah korea utara kurang untuk publikasi mengenai kondisi negara termasuk perekonomian negara.

Brazil

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI BRAZIL
Bendera Brazil

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI BRAZIL

Pada Januari 2003, Luiz Inácio Lula da Silva, mantan pemimpin serikat buruh dan pekerja pabrik dikenal luas dengan nama Lula, menjadi presiden kelas pekerja pertama Brasil. Sebagai pemimpin Partai Sosialis Brasil, Partai Buruh, Lula berjanji akan meningkatkan pelayanan sosial dan memperbaiki nasib kaum miskin. Tapi dia juga mengakui bahwa program non-sosialis berupa penghematan fiskal dibutuhkan untuk menyelamatkan perekonomian.

Baca Juga :   Dihujat Netizen! Ashanty Positif COVID-19 Usai dari Turki

Lula Da Silva selama kepemimpinannya membuat Brasil mengalami kemajuan yang sangat signifikan dengan kebijakan kebijakannya yang pro terhadap kaum kelas bawah. Kemajuan yang dirasakan oleh Brasil ini tidak dirasakan merata oleh seluruh rakyat Brasil. Walaupun pada kenyataanya kesenjangan yang terjadi mulai samar terlihat, akan tetapi masih ada sebagian rakyat yang masih memprotes sistem ekonomi yang dijalankan oleh Lula Da Silva.

Dengan pertimbangan inilah Lula kemudian mengubah arah pembangunan ekonominya dari Neoliberal menjadi sosial moderat. Adanya tuntutan rakyat membawanya untuk mengubah sistem ekonominya yang kemudian membuat Lula mengambil kebijakan untuk melunasi hutang-hutangnya. Selama pemerintahan Brasil dikuasai oleh rezim militer, perekonomian Brasil semakin terpuruk. Hutang-hutang luar negeri Brasil semakin meningkat. Jumlah kaum miskin di negara tersebut semakin meningkat. Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin adalah permasalahan yang cukup substansial di Brasil.

Keterpurukan ekonomi ini akhirnya bisa diselamatkan oleh Lula Da Silva dengan program-program ekonominya. Lula berhasil memacu pertumbuhan 4 persen sampai dengan 5 persen pertahun-bahkan pada tahun 2010 bisa mencapai 7 persen-dengan angka inflasi yang tercatat terendah dalam sejarah Brasil: 4 persen. Padahal saat Lula baru mengambil alih kekuasaan dari pemerintah sebelumnya pada tahun 2002, dia diwarisi inflasi hingga 16 persen. Dari performa pemerintahan Lula Da Silva yang baik, trend kepemimpinan sosialisme moderat di Brasil setidaknya akan terjaga bila keberhasilan ini bisa dipertahankan. Tidak hanya untuk masyarakat Brasil sendiri, kinerja pemerintah Brasil di bawah kepemimpinan presiden Lula Da Silva tentunya juga berpengaruh terhadap Amerika Latin, yang memang mengharapkan kebijakan alternatif mampu membawa kemandirian bagi kawasan yang terkenal akan kondisi ekonominya yang buruk.

Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan International Monetary Fund (IMF), Brazil mendapatkan urutan ke-9 sebagai negara dengan nominal PDB sebesar 1,93 triliun. Dengan perolehan PDB gersebut, Brazil dianggap sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Amerika Latin dan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Sektor unggulan yang menyokong perekonomian Brazil diantaranya ialah sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor manufaktur. Brazil juga mengutamakan komoditas unggulannya berupa pertambangan, agrikultur, dan bioethanol.

China

China telah menegaskan lebih lanjut target dan tugas penyempurnaan sistem ekonomi pasar sosialis yaitu suatu pasar ekonomi dimana kepemilikan publik merupakan arus utama. Hal ini sesuai dengan tuntutan mempertimbangkan secara menyeluruh perkembangan kota dan desa, perkembangan regional, perkembangan sosial ekonomi, perkembangan harmonis antara manusia dan alam, serta perkembangan di dalam negeri dan keterbukaan terhadap dunia luar, mengembangkan peranan dasar pasar dalam alokasi sumber daya, meningkatkan vitalitas dan fungsi pemerintah di bidang pengelolaan sosial dan layanan umum, dan memberikan jaminan sistem yang kuat kepada pembangunan masyarakat cukup sejahtera secara menyeluruh. 

Kemudian China berusaha untuk menyempurnakan sistem pokok ekonominya dengan beberapa cara berikut:

  1. Ekonomi milik negara merupakan bagian utama dan ekonomi multi kepemilikan berkembang bersama, 
  2. Mendirikan sistem yang menguntungkan untuk mengubah struktur ekonomi dualis antara kota dan desa, 
  3. Membentuk mekanisme yang mendorong perkembangan harmonis ekonomi regional, 
  4. Membangun sistem pasar modern yang seragam, terbuka dan bersaing secara tertib, 
  5. Menyempurnakan sistem pengontrolan makro, sistem pengelolaan administrasi dan sistem hukum ekonomi, 
  6. Menyempurnakan sistem penempatan kerja, distribusi pendapatan dan jaminan sosial, dan 
  7. Mendirikan mekanisme yang mendorong perkembangan yang berkelanjutan di bidang ekonomi dan sosial. 
Baca Juga :   Jasa Promosi Lagu di Media Sosial Secara Organik

Dengan adanya data seperti yang di atas, maka China dapat digolongkan ke dalam negara yang menganut sistem perekonomian sosialis. 

China membuka pasar ekonomi bebas, yang artinya mereka membuka perekonomian untuk siapapun demi tercapainya kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pasar bebas sendiri merupakan ciri dari sistem ekonomi liberalisme atau kapitalisme. Jadi sistem ekonomi China adalah sistem ekonomi campuran antara sosialis, kapitalisme, dan komunisme. Dampaknya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat China adalah masyarakat dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitas, sehingga masyarakat secara otomatis dapat menjalankan usaha dengan lebih maksimal. Dengan adanya campur tangan pemerintah juga, maka dapat meminimalisir monopoli oleh pihak swasta. Sehingga ekonomi negara juga bisa berjalan stabil dan rakyat juga akan mendapat dampak positif dari hal itu.

SISTEM EKONOMI SOSIALIS DI BRAZIL
Sistem Ekonomi China

Hal-hal yang menarik terkait dengan sistem ekonomi sosialis China :

1. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi yang dianut negara China adalah sosialis. Hal ini terbukti dari berkuasanya partai tunggal, yakni partai komunis di China. Akan tetapi, pada tahun 1978 China menyadari bahwa sistem ekonomi yang tersentralisasi tidak baik untuk diterapkan sehingga memperlambat pembangunan ekonomi. Ditambah banyak dari negara-negara tetangga yang menerapkan sistem ekonomi berbasis pasar yang sukses seperti Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura. Hal ini justru adanya kontras dalam kinerja ekonomi antara Korea Utara dan Selatan, antara Jerman Timur dan Barat, dan antara Eropa Timur dan Barat juga turut memperkuat hal ini. Sehingga saat ini China menerapkan sistem ekonomi sosialis yang telah disesuaikan, yakni dengan tetap berorientasi pasar dan terbuka terhadap perdagangan internasional.

Beberapa kebijakan yang mempengaruhi faktor kemajuan perekonomian China adalah

  1. Reformasi sistem ekonomi

Pada masa Den Xiaoping perekonomian China mengalami desentralisasi dimana perekonomian sudah tidak lagi terpusat, tetapi melakukan otonomi ke daerah.

  1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang dilakukan China adalah dengan rutin membeli obligasi Amerika Serikat secara besar-besaran. Sehingga menurunkan nilai mata uang yuan terhadap USD dan menyebabkan produk China murah di pasar Internasional

  1. Ekspansi Ekspor

China memberikan berbagai kebijakan insentif kepada produsen untuk mendorong produk China masuk ke pasar internasional dengan harga murah. Hal lain yang menyebabkan suksesnya ekspansi ekspor China adalah murahnya upah tenaga kerja dan berlimpahnya jumlah tenaga kerja di China.

  1. Konsumsi dalam Negeri

Dengan jumlah penduduk terbesar di dunia menyebabkan konsumsi dalam negeri China sangat besar. Sehingga jika China kesulitan untuk menjual produknya di pasar internasional pasar domestik akan mampu untuk menyerap produk tersebut.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi China merupakan negara dengan perekonomian terbesar no-2 di dunia. Bahkan menurut beberapa penelitian pada tahun 2028 ekonomi China diprediksi menyalip perekonomian Amerika Serikat. Terbukti dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi China konsisten tumbuh diatas 6% secara year on year. Dan juga China menjadi negara pertama yang berhasil pulih dari krisis pandemi Covid-19.

3. Tingkat Inflasi

China juga memiliki tingkat inflasi yang terkendali. Hal ini terbukti tingkat inflasi di China tidak pernah mencapai angka 6% meskipun dalam kondisi krisis pandemi dan panasnya kondisi geopolitik dunia. Tingkat inflasi yang terkendali ini juga membuktikan keberhasilan dari kebijakan moneter negara China dan juga bukti keberhasilan pemerintah dalam mengontrol harga-harga barang di dalam negeri.